Klaim bahwa asbes menjadi penyebab atas 100.000 angka kematian setiap tahun di seluruh dunia adalah tidak benar. Angka tersebut menyesatkan karena menyatakan bahwa asbes yang digunakan saat ini adalah sama dengan yang digunakan 50 tahun yang lalu. Informasi ini didasarkan pada data yang dikumpulkan dari negara-negara Eropa dan disebarkan ke seluruh dunia. Beberapa penelitian mencatat bahwa dengan pengendalian tingkat paparan terhadap chrysotile yang ada saat ini, risiko kanker paru-paru, mesothelioma dan asbestosis rendah.
Pada tahun 1940-an, penggunaan semua jenis asbes secara besar-besaran, disertai dengan tingkat kebersihan pekerjaan yang minimal, membuat jutaan orang terpapar serat dalam jumlah besar. Hal ini mengakibatkan konsekuensi tak terhindarkan yang berlangsung selama dua atau tiga dekade berikutnya – banyaknya orang yang mengidap penyakit terkait asbes di negara-negara Barat. Asbestosis (fibrosis) adalah kondisi di mana asbes telah merusak jaringan paru-paru dan menyebabkan bekas luka. Bekas luka ini mengganggu proses kerja paru-paru, yaitu mengalirkan oksigen dari udara ke dalam darah. Akibatnya, pasien yang mengidap asbestosis mengalami kesulitan bernafas. Penting juga untuk diingat bahwa, penyakit pneumokoniosis sebagai penyebab kematian, tidak pernah tertulis dengan baik dalam sertifikat kematian (EHC 203, 1998).
Terdapat empat penyakit terkait asbes, dua macam yang jinak dan dua macam yang ganas. Dua bentuk penyakit pleura adalah penebalan diffuse pleural thickening atau penebalan membran pleura akibat luka, yang terkait dengan asbestosis, dan plak pleura. Bekas luka yang disebabkan oleh kondisi ini terjadi di luar paru-paru dan di dinding dada. Kondisi ini tidak berbahaya walaupun hasil rontgen pada bagian dada bisa membuat kaget. Di sisi lain, dua penyakit ganas adalah mesothelioma dan kanker paru-paru. Mesothelioma adalah suatu kondisi di mana kanker berkembang di pleura – pada lapisan luar paru-paru, yang selalu berakibat fatal. Kanker paru-paru mirip dengan kondisi yang disebabkan oleh merokok. Bahkan dengan pengobatan terbaik, pasien yang menderita penyakit ini hanya memiliki peluang bertahan hidup sampai lima tahun dengan angka kurang dari 10%.
Penyakit terkait asbestos saat ini merupakan akibat dari penggunaan semua jenis serat mineral secara luas yang tidak diatur dan tidak terkendali di masa lalu. Risiko bahaya suatu produk sangat tergantung pada mudahnya serat terlepas dari produk tersebut, juga tergantung pada jenis asbes yang digunakan untuk memproduksinya. Penelitian yang telah dilakukan lebih dari 60 tahun telah menyatakan bahwa serat chrysotile yang memiliki tingkat kepadatan tinggi, atau disebut juga asbes putih, memiliki risiko yang paling rendah, misalnya, pada produk lembaran semen bergelombang. Yang paling berbahaya adalah penggunaan asbes jenis amphibole, yaitu asbes berwarna biru dan coklat, yang tidak terikat atau tidak dilapisi dengan baik. Orang-orang yang memiliki risiko kesehatan paling tinggi adalah mereka yang terpapar di pertambangan dan penggilingan batuan asbes ini atau mereka yang membuat berbagai produk dari asbes ini.
Kekuatiran yang telah berkembang atas semua jenis produk yang mengandung asbes perlu diklarifikasi, tentang bahayanya material yang terbuat dari amphibole. Sedangkan keamanan produk chrysotile yang berkepadatan tinggi juga perlu diketahui. Membuang produk yang tidak berpengaruh pada kesehatan dan keamanan akan membuat para penduduk perlu membayar mahal akibat kehilangan pilihan yang ekonomis, tahan lama dan ramah lingkungan.
Bacaan lanjutan: