Chrysotile terutama digunakan untuk memproduksi genteng dan pipa semen. Chrysotile juga digunakan untuk menghasilkan rem, pedal kopling, gasket, dan bahan yang tahan panas.
Produk semen chrysotile memberi solusi yang hemat biaya pada masyarakat sebagai bahan untuk tempat berlindung, atap dan pipa. Pipa semen chrysotile adalah salah satu opsi yang paling hemat biaya yang tersedia untuk pasokan air, saluran pembuangan, irigasi dan sistem drainase. Dengan demikian, produk semen chrysotile di pasar sangat mampu untuk memenuhi kebutuhan populasi yang berkembang saat ini, terutama di negara berkembang di mana sumber daya terbatas.
Saat ini, sebagian besar chrysotile digunakan untuk memproduksi material chrysotile dengan kepadatan tinggi. Bahan-bahan ini padat dan tidak mudah pecah, di mana serat chrysotile terikat dalam campuran bahan semen atau resin. Struktur ini mencegah serat agar tidak terlepas ke udara.
Indonesia
Di Indonesia, 90% chrysotile digunakan untuk memproduksi bahan konstruksi, yaitu atap genteng semen dan pipa semen. Chrysotile juga digunakan oleh industri mobil, dengan 8% digunakan sebagai bahan produksi pedal rem dan kopling. 2% lainnya digunakan dalam produksi gasket dan bahan yang tahan panas.
Penggunaan Asbes
Sebelumnya, di Dunia Barat (Iklim Dingin) | Saat ini, di Indonesia (Iklim Tropis) |
|
---|---|---|
Produk | Isolasi bahan gesekan | Atap genteng semen chrysotile berkepadatan tinggi |
Jenis Asbes | Chrysotile Amosite Crocidolite | Chrysotile |
“Mengikuti metode yang direkomendasikan ACGIH USA, Kementerian Ketenagakerjaan Indonesia, Kementerian Kesehatan Indonesia serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, anggota Fiber Cement Manufacturer Association (FICMA) Indonesia sudah melakukan pengukuran secara rutin kadar serat Chrysotile di udara tempat kerja pabrik atap berserat chrysotile sejak tahun 1985. Sampai saat ini (tahun 2020) tidak ada kasus penyakit terkait asbes yang terdeteksi.”
Industri dan Manufaktur
Di Indonesia, manufaktur chrysotile pertama kali adalah Perusahaan Jaya Harflex Indonesia pada tahun 1976, dan kemudian berkembang industri-industri chrysotile lainnya. FICMA pertama kali dibentuk pada tahun 1986 dan sampai saat ini masih aktif.
Saat ini produsen besar yang memproduksi atap semen chrysotile adalah :
- PT. Djabesmen
- PT. Bakrie Building
- PT. Siam-Indo Concrete Products
- PT. Djabes Tunas Utama
- PT. Nusantara Building Industries
- PT. Tripilar Beton Mas
- PT. Putra Prima Sentosa
- PT. Setiadji Mandiri
- PT. Amak Firdaus Utomo
- PT. Aplus Pasific
- PT. Sinar Mulia Inti