Di Thailand, pengujian yang dilakukan pada tahun 2008 menunjukkan bahwa atap genteng semen chrysotile lebih kuat dan lebih tahan lama daripada yang tidak mengandung chrysotile. Di Kanada, penelitian tidak menemukan bukti adanya penyakit terkait chrysotile yang lebih tinggi di area sekitar pertambangan chrysotile dibandingkan dengan penduduk di perkotaan. Di AS dan Inggris, penelitian telah menemukan bahwa orang yang minum air yang melewati pipa air semen chrysotile tidak memiliki peningkatan risiko kanker. Di Australia, Austria, dan Jerman, penelitian menemukan bahwa konsentrasi serat chrysotile di daerah yang menggunakan atap genteng semen chrysotile secara statistik tidak lebih tinggi daripada di daerah yang tidak ada pemakaian ubin semen chrysotile.
Kasus ilmiah berdasarkan negara
Indonesia
Di Indonesia, penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 dan 2019.
1. Penelitian pada tahun 2010
- Semua hasil pengukuran di udara di perumahan, di industri, dan di jalan raya dibawah 0.01 f/cc
- Hasil pemeriksaan spirometri : hanya didapatkan kasus Obstruksi paru pada 11 sampel (3.6%) dan restriksi paru pada 40 sampel (13.42%) dari 348 populasi penelitian.
- Hasil pemeriksaan rontgen (X-Ray) : tidak ditemukan asbestosis, mesothelioma dan kanker paru pada sampel penelitian. ditemukan gambaran pneumokoniosis 2% pada sampel, ditemukan bekas TB 4% pada sampel, dan ditemukan bekas fraktur kosta 1% pada sampel.
2. Penelitian pada tahun 2019
- Semua hasil pengukuran di udara di perumahan dan di industri dibawah 0.1 f/cc.
- Dari hasil penelitian terhadap 138 pekerja industri dan 76 penghuni rumah yang mempergunakan atap asbes, didapatkan data sebagai berikut:
- Hasil pemeriksaan spirometri di Perusahaan: hanya didapatkan kasus restriksi paru sebanyak 16 sampel (12.21%), obstruksi paru 10 orang (7.63%), restriksi dan obstruksi paru (campuran) sebanyak 2 sampel (1.53%).
- Hasil spirometri di pemukiman warga: hanya didapatkan kasus restriksi paru 8 sampel (14.04%), obstruksi paru 4 sampel (7.02%), restriksi dan obstruksi paru (campuran) 6 sampel (10.53%).
- Hasil pemeriksaan rontgen (X-Ray) di Perusahaan: Dari total sampel, 6 diantaranya yang dilakukan x-ray dengan hasil terdapat penebalan pleura.
- Hasil pemeriksaan rontgen (X-Ray) di pemukiman warga : Dari total sampel, 5 diantaranya yang dilakukan x-ray dengan hasil terdapat penebalan pleura.
- Hasil pemeriksaan HR CT Scan: 3 sampel (2 warga 1 pekerja) memiliki penebalan pleura.
Di Indonesia, asbes telah digunakan selama lebih dari 45 tahun. Indonesia hanya mempergunakan asbes chrysotile dan tidak pernah memakai asbes amphibole Saat ini, serat chrysotile yang diimpor dipergunakan untuk produksi atap gelombang, kampas rem dan kopling kendaraan.
Sampai saat ini, tidak pernah dilaporkan adanya penyakit asbestosis, mesothelioma maupun kanker paru terkait asbes lainnya.
Thailand
Di Thailand, asbes telah digunakan selama lebih dari 70 tahun. Crocidolite, sebagai zat yang sangat beracun, telah dilarang berdasarkan Peraturan Zat Berbahaya B.E. 2535 (1992).
Saat ini, hanya chrysotile yang digunakan di negara ini. Chrysotile adalah sebagian besar asbes yang diimpor. 90% serat chrysotile mentah yang diimpor digunakan dalam produk semen chrysorile berkepadatan tinggi, mis. genteng atap dan pipa semen. Selain itu, juga ditemukan dalam produksi rem dan kopling (8%) dan dalam produksi ubin lantai vinil, paking, atau bahan isolasi panas (2%). Pada tahun 2001, 17 pabrik menggunakan asbes dengan 1.710 pekerja terdaftar di Departemen Pekerjaan Industri, Kementerian Perindustrian.
Menurut artikel Asbes di Thailand yang ditulis oleh Somkiat Siriruttanapruk dan Sasitorn Taptagaporn, Kementerian Kesehatan Masyarakat:
“Asbestosis atau penyakit terkait asbes lainnya tidak pernah dilaporkan dalam skema pengawasan atau dana kompensasi pekerja di negara ini. Hanya sedikit kasus penebalan pleura yang diberitahukan dari survei yang dilakukan oleh Divisi Kesehatan Kerja. Survei dilakukan di 24 pabrik pada tahun 1987. Data menunjukkan bahwa 13 dari 701 pekerja mengalami penebalan pleura dari rontgen dada standar. Delapan dari mereka telah bekerja selama lebih dari 10 tahun. Sayangnya, mereka tidak pernah ditindaklanjuti sejak saat itu. Terlepas dari penelitian ini, 3 penelitian lain dilakukan sesudahnya. Namun, tidak ada kasus penyakit terkait asbes yang terdeteksi dari studi meskipun tingkat paparannya tinggi. Kemungkinan disebabkan durasi paparan yang pendek di antara pekerja (durasi kerja rata-rata adalah 5,2 tahun). ”
Laporan laboratorium akademik Thailand:
Kanada
“Studi yang membandingkan dampak kesehatan pada penduduk daerah pertambangan chrysotile, di mana tingkat paparannya 200 hingga 500 kali lebih tinggi daripada di sebagian besar kota di Amerika Utara, dengan yang terlihat di penduduk perkotaan. Meskipun tingkat yang lebih tinggi di daerah sekitar pertambangan ini, tidak ada bukti penyakit terkait asbes lebih banyak ditemukan. Penulis menyimpulkan: “Pengamatan ini harus memberikan kepastian bahwa paparan asbes chrysotile dari udara perkotaan atau di gedung-gedung publik tidak akan menghasilkan penyakit yang terdeteksi”.
Hal ini sesuai dengan laporan lainnya terhadap penduduk kota pertambangan chrysotile di Quebec, yang secara konsisten gagal menunjukkan adanya penyakit pernapasan berlebih.
Laporan ini terdapat pada:
- McDonald AD, and McDonald JC (1980). Cancer 46(7): 16 50-1656.
- Siemiatycki J. (1982). Health effects on the general population (mortality in the general population in asbestos mining areas). Proceedings, World Symposium on Asbestos, Montreal, 25-27 May, pp.337-348.
- Pampalon R, Siemiatycki J, et Blanchet M, (1982). Pollution environnementale par l’amiante et santé publiqu e au Québec. Union Médicale du Canada 111(5): 475-489.
- McDonald JC, (1985). Health implications of environmental exposure to asbestos. Environmental Health Perspectives 62:319-328.
- (Churg, A., American Review of Respiratory Disease, 134 (1):125-127, 1986)
“Dengan mempertimbangkan semua data di atas, kami menyimpulkan bahwa konsentrasi serat asbes di udara sekeliling sangat rendah. Jumlah serat lebih dari 5 mikron yang diambil oleh mikroskop elektron sering kurang dari 0,001 f/cc. Jika kita mempertimbangkan serat yang akan dilihat oleh mikroskop optik, konsentrasi yang lebih besar dari 0,001 f/cc sangat jarang ditemukan di Ontario. Data Ontario baru-baru ini menunjukkan bahwa tingkat serat berada di posisi terendah di daerah dengan kepadatan populasi terendah, meskipun data Ontario sebelumnya tidak mengungkapkan hubungan ini. Dalam Bab 9, kami menyimpulkan bahwa risiko kesehatan pada penghuni bangunan dari paparan serat 0,001 per sentimeter kubik yang terlihat secara nyata tidaklah signifikan. Hal ini juga sesuai dengan tingkat serat yang dibahas dalam bagian ini, menghadirkan risiko kesehatan yang jelas tidak signifikan. Kami tidak melihat alasan untuk khawatir tentang efek kesehatan dari kadar serat asbes di udara luar Ontario “. (Laporan the Royal Commission on Matters of Health and Safety Arising from the Use of Asbestos in Ontario, Eds. JS Dupré, JF Mustard, RJ Uffen, Published by the Ontario Ministry of the Attorney General 2:666, 1984)
Amerika Serikat
Sebuah studi terhadap 15 sistem pasokan air di Negara Bagian Illinois (AS) di mana beberapa pipa semen asbes memiliki usia mencapai 50 tahun, dengan kondisi aliran air yang tidak agresif hingga cukup agresif, tidak menunjukkan perbedaan signifikan sebelum dan setelah melewati jaringan pipa semen asbes. (Hallenbeck, W.H., Chen, E.H., Hesse, C.S., Patel-Mandlik, K., dan Wolff, A.H., Jurnal American Water Works Association, 70 (2): 97-102, 1978)
“Beberapa daerah di Florida telah menerima air minum melalui pipa semen asbes selama 30-40 tahun. Para peneliti menyebutkan: “Tidak ada bukti hubungan antara penggunaan pipa semen asbes dalam membawa air minum dengan kematian akibat kanker gastrointestinal dan kanker terkait yang ditemukan dalam penelitian ini”. (Millette, J.R., Craun, G.F., Stober, JA., Kraemer, D.F., Tousignant, H.G., Hidalgo, E., Duboise, R.L, dan Benedict, J., Perspektif Kesehatan Lingkungan, 53: 91-98, 1983)
Daerah penelitian ini berada di wilayah Puget Sound di Washington Barat, dan tiga wilayah metropolitan terbesar di AS (Everett, Seattle dan Tacoma) digunakan sebagai perbandingan. Everett adalah “kota yang memiliki paparan tinggi”, di mana kadar asbes berkisar antara 37,2 hingga 556 juta serat per liter. Seattle dan Tacoma memiliki konsentrasi yang relatif rendah, rata-rata 7,3 juta serat per liter. Tiga wilayah metropolitan dibagi menjadi area sensus yang dikelompokkan berdasarkan konsentrasi asbes. Data kejadian kanker diperoleh dari pendaftaran pengawasan; informasi kematian akibat kanker berasal dari sertifikat kematian. Durasi paparan asbes dalam air minum diperkirakan dan dibagi menjadi kelompok jangka panjang (lebih dari 30 tahun) dan jangka pendek (kurang dari 30 tahun). Mengikuti analisis hasil, peneliti utama, Dr. Lincoln Pollisar dari Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson, menyimpulkan bahwa: “Hasil penelitian ini dan studi sebelumnya tentang kanker yang berhubungan dengan asbes yang ditularkan melalui air tidak konsisten, dan memberikan bukti yang kurang memadai bahwa asbes dalam persediaan air masyarakat telah menyebabkan risiko kanker”. (Polissar, L., Severson, R.K., Boatman, E.S. and Thomas, D.B., American Journal of Epidemiology, 116(2):314-328, 1982)
Jerman
Data yang berkaitan dengan tingkat kemungkinan emisi dari produk konstruksi semen asbes dan konsentrasi udara di berbagai negara telah diperoleh pada waktu yang berbeda dari tahun 1980 hingga tahun 1997.
Di Jerman, studi emisi pada bahan atap yang dilapisi dan tidak dilapisi mengungkapkan konsentrasi serat asbes yang rendah, meskipun korosi parah terlihat pada atap semen asbes yang tidak dilapisi dan sejumlah besar bahan yang mengandung asbes dapat disingkirkan dengan cara dihembuskan dan disedot. Namun, konsentrasi serat asbes yang diukur di daerah berpenduduk, jauh di bawah kadar yang dapat diterima oleh otoritas kesehatan Jerman, yaitu: jelas di bawah 1.000 serat per meter kubik. (Teichert U, Staub Reinhaltung der Luft. 46: 432-434, 1996)
Austria
Di Austria, perbandingan konsentrasi serat asbes di beberapa daerah, dengan dan tanpa atap semen asbes (<0,0001 f/ml) mengarah pada kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara penggunaan bahan semen asbes dan konsentrasi serat asbes yang ditemukan di berbagai bidang pengukuran. (Felbermayer, W., and Ussar, M.B., Research Report: Airborne asbestos fibres eroded from asbestos cement sheets, Institute fur Umweltschutz and Emissionsfragen, Leoben, Austria, 1980)
Inggris
Dalam artikel ulasan ini, penulis menyimpulkan: “dengan demikian tampaknya sangat tidak mungkin bahwa sistem distribusi pipa asbes-semen memberikan kontribusi biologis yang signifikan terhadap kandungan asbes terhadap air yang melewatinya”. “Sangat tidak mungkin pelepasan asbes dari pipa semen asbes relevan dengan perkembangan kanker.” (MacRae, K.D., Journal of the Royal College of Physicians of London 22(1):7-10, 1988)
Australia
Di Australia, penelitian dilakukan terhadap kemungkinan kontribusi dari bahan atap semen asbes bangunan sekolah pada konsentrasi udara di sekitar bangunan ini. Ditemukan bahwa pengukuran sebagian besar <0,0002 f/ml. (Safety & Welfare of Western Australia, Report of the Working Party on Asbestos Cement Products, 1990)
Sumber dan publikasi tambahan:
- Selected occupational risk factors
Concha-Barrientos et al., 2004 - A comparison of the risks from different materials containing asbestos
Health and Safety Executive (HSE), UK, 2006 - Annex 2 to Paper HSC/06/55
Health and Safety Executive (HSE), UK, 2006 - Occupational exposure to asbestos and man-made vitreous fibres and risk of lung cancer: a multicentre case-control study in Europe
Carel, R. et al., 2006 - Three decades of pleural cancer and mesothelioma registration in Austria where asbestos cement was invented
Neuberger, M. and Vutuc, C., 2003 - The risk of mesothelioma from exposure to chrysotile asbestos
Yarborough, C. M. (2007) - The expected burden of mesothelioma mortality in Great Britain from 2002 to 2050
Hodgson, J.T. et al. (2005) - Asbestos in water: How to Address Non-standard Samples of Industrial and Other Effluents
Ehrenfeld, F. (2009)
Bacaan lanjutan: