Chrysotile telah digunakan selama lebih dari 2000 tahun di seluruh dunia karena membuat produk yang dihasilkan kuat, tahan lama dan tahan panas dengan biaya rendah. Sekarang ini, produk chrysotile diproduksi mengikuti pedoman yang aman untuk melindungi para pekerja dalam menangani pembuatan dan pemasangan material yang mengandung serat.
Apakah Chrysotile itu?
Chrysotile adalah mineral berserat yang tidak terbakar atau membusuk. Chrysotile tahan terhadap sebagian besar bahan kimia; fleksibel dan memiliki kekuatan tarik yang tinggi. Kombinasi unik dari sifat-sifat ini menjadikan chrysotile sebagai bahan yang sangat berguna. Selama beberapa dekade, chrysotile diaplikasikan sebagai komponen utama pada produk semen bertulang ringan, produk yang tahan gesekan, komponen segel dan gasket yang memerlukan ketahanan terhadap suhu tinggi serta sejumlah aplikasi lainnya.
Chrysotile telah dikenal lebih dari 2000 tahun, pada awalnya digunakan untuk bahan kain kremasi, sumbu lampu minyak dan bahan tekstil lainnya. Tetapi baru pada abad ke-19, chrysotile pertama kali ditambang secara komersial di Ural (Rusia), di Italia dan di Kanada.
Dari asbes ke chrysotile
Produk asbes yang digunakan saat ini sangat berbeda dengan jenis asbes yang digunakan dulu. Saat ini, hanya satu jenis asbes yang diproduksi, yaitu chrysotile. Selain itu, industri sekarang hanya memasarkan produk yang berbahan padat dan tidak mudah lapuk di mana serat chrysotile dienkapsulasi dalam campuran semen atau resin. Produk-produk ini meliputi material bangunan semen chrysotile, material yang tahan gesekan, gasket, dan jenis plastik tertentu.
Produk lama, terutama bahan dengan kepadatan rendah, sangat berdebu dan mudah hancur karena tekanan tangan. Produk lama ini sering mengandung serat amphibole (crocidolite dan amosite), tidak sama dengan produk yang tersedia saat ini.
Tahukah Anda?
- Hanya chrysotile (asbes putih) yang digunakan untuk menghasilkan produk semen chrysotile di Indonesia.
- Hanya 8% – 9% serat chrysotile yang digunakan, dimana serat tersebut terikat dalam campuran semen dari suatu produk dan tidak bisa terlepas ke lingkungan.
- Berdasarkan pengalaman selama 60 tahun, pabrik dari suatu produk semen chrysotile yang dikelola dengan baik tidak menimbulkan risiko terhadap kesehatan di Indonesia.
- Asbes amphibole (asbes berwarna biru dan cokelat) telah dilarang di Indonesia.
- Sampai saat ini belum ada laporan tentang masalah kesehatan di Indonesia akibat penggunaan produk semen chrysotile. Dari observasi di pabrik semen chrysotile, tidak ditemukan adanya masalah kanker paru di Indonesia. Observasi dilakukan saat chrysotile digunakan dalam pembuatan produk semen. (Dr.Gardner, Ohlson, H.F.Thomas, WHO, Health & Safety Executive, U.K.).
- Kandungan serat chrysotile di udara yang disampel dari bawah atap semen chrysotile sama dengan lingkungan pada umumnya.
- Menurut WHO, serat chrysotile yang tertelan tidak menyebabkan masalah kesehatan.
- Produk semen chrysotile lebih kuat, lebih tahan lama, ekonomis, hemat energi dan ramah lingkungan.
- Kebanyakan negara maju masih menggunakan produk semen chrysotile.
- Pengadilan Banding AS menolak usulan larangan, atas dasar ilmiah. Produk semen chrysotile tidak dilarang di AS.